? "width=device-width,initial-scale=1.0,minimum-scale=1.0,maximum-scale=1.0" : "width=1100"' name='viewport'/> Dari Kelas ke Panggung Sastra: KONFLIK BATIN PEREMPUAN DALAM CERPEN PEREMPUAN DAN BELATI KARYA M RAUDAH JAMBAK

Kamis, 28 November 2024

KONFLIK BATIN PEREMPUAN DALAM CERPEN PEREMPUAN DAN BELATI KARYA M RAUDAH JAMBAK

 

KONFLIK BATIN PEREMPUAN DALAM CERPEN "PEREMPUAN DAN BELATI" KARYA M RAUDAH JAMBAK

 

Kusmariati1, Delima Br Manullang2, Rismauli Natalia Silaen3

 

 

Perempuan itu seolah berkisah. Sesekali

menari. Bernyanyi. Belati yang tergenggam

di tangannya menjelma bayi.

 

 

Tragedi menimbulkan dampak negatif bagi korban atau keluarga korban yang mengalaminya. Dampak yang ditimbulkan bermacam-macam, misalnya efek kejiwaan dan rohani bagi korban atau keluarga korban tersebut. Salah satu tragedi didalam cerpen Perempuan dan Belati menimbulkan duka yang mendalam bagi tokoh perempuan yang ditinggalkan hingga kini ia mengalami kejiwaan.

Dalam perjalanan hidup, setiap manusia akan melewati berbagai macam rintangan. Tidak ada kata lancar dalam menjalani kehidupan, begitu pula dengan adanya konflik dalam perjalanan hidup manusia. Konflik pada diri manusia adalah hal yang wajar. Konflik batin dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dapat dilihat dari faktor yang memengaruhi kehidupan tokoh. Terdapat beberapa faktor yaitu faktor individu tokoh lainnya, faktor perilaku diri tokoh, dan faktor lingkungan tokoh, sehingga dapat memberikan hasil pembahasan yang berkaitan dengan sikap atau tindakan tokoh sesuai dengan falsafah hidup tokoh pada cerpen tersebut. Seseorang yang tidak dapat mengontrol diri akan menjadikan pikiran yang belum matang berubah menjadi sikap atau tindakatn yang seharusnya tidak terjadi. Tindakan tersebut bisa menjadikan individu melewati batas kesadaran manusia. Pikiran yang dapat menguasai sebagian besar dirinya akan memunculkan energi psikis yang tinggi dan menjadikan pribadinya bertindak primitif, impuls, dan agresif. Impuls-impuls primitif tersebut akan menjadi cikal bakal psikopat dan tidak berprikemanusiaan.

Tokoh utama dalam novel Perempuan dan Belati yang kedua orang tua nya yaitu ayah dan ibunya menjadi korban pembunuhan. ayahnya adalah orang yang membunuh ayah si pria, pria tersebut hanya sedang menjalankan rencana balas dendamnya yang mana ayah perempuan adalah orang yang membunuh ayah si pria. Dia tidak menyangka seorang pria yang dia cintai adalah seorang pembunuh bagi orang tuanya. Perempuan itu bahkan mengenang semua kebaikan si pria kepadanya. Yang membuat ia sampai bodoh dan juga mengabaikan kedua orangtuanya. Si tokoh perempuan pun menjadi dendam terhadap si pria. Mengenang itu membuatnya semakin sakit hati. Dan dendamnya semakin menjadi-jadi. Dan pada akhirnya Wanita itu membunuh Kembali bayi yang pernah ia kandung. Ia bermaksud supaya tidak ikut campur dalam hal semacam dendam nya. Dan tidak mau bayi tersebut menjadi korban selanjutnya.

Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh. Konflik ini disebut konflik kejiwaan karena seorang tokoh melawan dirinya sendiri untuk menentukan dan menyelesaikan sesuatu yang dihadapinya (Nurgiyantoro, 2013: 181). Konflik hadir agar cerita yang ada dalam cerpen tersebut mengalami pengembangan cerita. Konflik berkaitan erat dengan psikologi, apalagi dalam cerpen ini terjadi konflik batin tokoh utama. Konflik batin bisa diketahui melalui mental, karakter, dan pengalaman yang dialami seseorang dan bisa juga melihat dari aspek kejiwaan seseorang. Aspek kejiwaan inilah yang akan dikaji dengan psikologi sastra. Psikologi sastra umum digunakan untuk menganalisis tokoh. Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari memiliki mental dan karakter tertentu yang berbeda-beda.

Konflik batin dan tindakan dalam mengatasi konflik batin tokoh perempuan. Cerpen Perempuan dan Belati karya M Raudah Jambak dalam hal ini menonjolkan aspek konflik batin tokoh perempuan meliputi berbagai hal yang ada di cerpen tersebut yaitu saat tokoh perempuan menderita akibat ayah dan ibu yang sangat disayanginya dibunuh akibat balas dendam, Ia berencana dalam hal semacam dendam nya kepada si pria. serta dia juga mengalami pergolakan batin saat mengetahui bahwa dalang di balik pembunuhan ayah dan ibunya dilakukan oleh Manando Mato orang yang dia cintai.

Tokoh utama merasakan kesedihan dan kemarahan akibat situasi yang tidak sesuai dengan harapannya. Ia berjuang dengan perasaan dikhianati dan ketidakadilan yang menimpanya, menciptakan ketegangan emosional yang mendalam. Selain itu, ada juga rasa takut akan masa depan dan konsekuensi dari pilihan-pilihan yang diambil, yang semakin memperumit keadaan.

Belati dalam cerita ini menjadi simbol dari semua rasa sakit dan kemarahan yang dialami oleh tokoh. Ia harus berhadapan dengan trauma masa lalu serta tekanan dari lingkungan sekitar, yang sering kali tidak mendukungnya. Dalam proses ini, tokoh berusaha menemukan kembali identitas dan makna hidupnya. Cerpen ini menggambarkan kompleksitas emosi manusia, terutama perempuan, dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Konflik batin yang dialami tokoh utama mencerminkan perjalanan untuk berdamai dengan diri sendiri dan menemukan kekuatan di tengah kesulitan.

Permasalahan sosial yang ada pada masa kini berkaitan dengan perempuan dalam kehidupan individu, keluarga, maupun masyarakat. Banyak di luar sana perempuan yang menyalahgunakan kebebasan yang telah diberikan. Kebebasan yang telah diberikan atas perjuangan yang dilewati oleh R.A. Kartini. Penyalahgunaan yang sering tampak dalam diri individu, keluarga, hingga masyarakat ini menimbulkan permasalahn baru yaitu perempuan semakin bebas dalam pergaulan yang buruk dan semakin menyimpang. Penyimpangan yang dilakukan kebanyakan perempuan masa kini adalah penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal seperti kurangnya adat dalam berpakaian yang sopan, kurangnya cara berbicara yang sopan, hingga kurangnya cara berprilaku yang sopan (Wirawan, 2012). Pada dasarnya perempuan dilambangkan sebagai manusia yang cantik, submisif, dan memikirkan orang lain.

Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempun, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminisme sebagai jalur penghubung untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan kedudukan perempuan dengan laki-laki. Feminisme adalah teori yang membahas tentang permasalahan hak antara laki-laki dan perempuan disegala bidang. Penyebab ini dikarenakan perempuan selalu mengalami ketimpangan gender. Feminisme berupaya untuk mengakhiri dominasi laki-laki dengan cara menghancurkan struktur budaya, segala hukum dan aturan-aturan yang menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak tampak dan tidak berharga.

Jadi, tujuan feminisme adalah untuk keseimbangan, interelasi gender. Pengertian yang paling luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang di marginalisasikan, di subordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Dalam pengertian yang lebih sempit, feminis dikaitkan dengan cara memahami sudut pandang karya sastra dalam kaitannya dengan proses produksi maupun cara pelaksanannya.

Kesetaraan antara wanita dan laki-laki merupakan salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak. Kesetaraan gender sudah terkenal sebagai sebuah gerakan untuk penyetaraan. Perlawanan terhadap Patriarki Cerpen ini menggambarkan bagaimana perempuan dalam cerita mengalami berbagai bentuk ketidakadilan akibat sistem patriarki. Tokoh utama menunjukkan perlawanan terhadap norma sosial yang membatasi kebebasannya. Hal ini mencerminkan perjuangan feminisme dalam menolak dominasi laki-laki atas perempuan.

Kebebasan kaum perempuan sangat dibatasi sejak dahulu hingga kini, terlebih lagi dalam masyarakat patriarki. Menurut Therborn (2004), sejak awal masyarakat selalu bersifat patriarki, tanpa pengecualian. Walby (1990) menyatakan, patriarki merupakan sebuah sistem stuktur dan praktik sosial di mana laki-laki mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi perempuan, serta meyakini bahwa laki-laki selalu berada dalam posisi yang dominan dan perempuan berada dalam posisi subordinat. Pada abad ke-18 dan 19, masyarakat yang saat itu cenderung patriarki berpendapat bahwa perempuan memiliki sifat yang tidak rasional, rapuh, dan tidak dapat berfikir secara mandiri. Masyarakat saat itu beranggapan bahwa perempuan layaknya seekor binatang peliharaan yang dimiliki oleh tuannya, dan sebagai binatang wanita perlu menunjukkan kepatuhan kepada pemiliknya yaitu suaminya (Weitz, 2003).

Feminisme dilihat dari kacamata filosofi memiliki makna yang lebih dalam dari hanya sekadar protes akan kesetaraan dan kebebasan. Menurut Mary Wollstonecraft, kesenjangan antar gender dihasilkan dari pemberian edukasi dan pengalaman yang berbeda, sehingga menciptakan peran gender yang memunculkan stereotip bagaimana perempuan harus bertindak. Pendidikan seharusnya tidak mengenal gender, dan setiap individu berhak mendapatkan kebebasan untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Menurut Simone de Beauvoir, perempuan dan laki-laki tidak diciptakan sama namun seluruh individu harusnya memiliki hak dan kebebasan yang setara. Perempuan harus menemukan jati dirinya melalui kebebasan. Menurut Isaiah Berlin, terdapat kebebasan positif dan kebebasan negatif. Perempuan Indonesia masih sangat dibatasi kebebasannya. Terdapat kebebasan positif yaitu perempuan bebas menentukan nasib dan mengendalikan dirinya, dan terdapat kebebasan negatif yang melibatkan kepentingan banyak orang. Masih perlu dipertanyakan batasan-batasan kebebasan yang dapat diatur, dan kebebasan yang mutlak dimiliki para perempuan. Terkadang batasan ini bias sehingga masih banyak perempuan yang merasa dirinya terkekang. Untuk itu, gerakan feminisme sangat diperlukan di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Ilaa, D. T. (2021). Feminisme dan kebebasan perempuan Indonesia dalam filosofi.

Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3), 211-216.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Therborn, Göran. 2004. Between Sex and Power: Family in The World, 1900-2000.

London and New York: Routledge.

Walby, Sylvia. 1990. Theorizing Patriarchy. Oxford: Blackwell.

Weitz, Rose. 2003. The Politics of Women’s Bodies: Sexuality, Appearance, and

Behavior. New York: Oxford University Press.

Wirawan, D. I. (2012). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial,

definisi sosial, dan perilaku sosial. Kencana.

Wollstonecraft, Mary. 1989. The Works of Mary Wollstonecraft. New York: New

York University Press, Volume V - VI.

Wollstonecraft, Mary. 1995. A Vindication of the Rights of Men, in a Letter to the

Right Honourable Edmund Burke‖. Political Writings of the 1790s. London:

Pickering, pg. 11-58.

1 komentar:

Keputusan Menjadi Pencuri: Analisis Sosial atas Konflik Moral dalam Cerpen Indra Tranggono

  "Keputusan Menjadi Pencuri: Analisis Sosial atas Konflik Moral dalam Cerpen Indra Tranggono" Penulis Ledy Novwanty Nainggola...